SATU
Pagi
itu awan terasa sangat indah, berjalan sendirian di tengah-tengah taman kota
bukanlah hal yang aneh bagi Elice, sepi yang ada terasa begitu nyaman,
bagaimana tidak mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan, hanya dengan buku
diary, pulpen, dan hp yang selalu setia menemani kemanapun Elice pergi,
disela waktu kosong yang lakukan
hanyalah menulis dan menulis, bukan hal yang pasti yang ditulis tapi hanya
mengunggapkan segala apa yang dirasa, mengapa Elice lebih suka menulis? Itu
karena bisa jujur sejujurnya tanpa perlu ragu dengan apa yang dipikirkan oleh
orang lain, karna yang terlihat belum tentu apa yang terjadi sebenarnya.
Tulisan?
Mungkin hanya menjadi karangan dan khayalan bahkan keluhan yang tak ingin
oranglain tau, walaupun terkadang tak menghasilkan solusi apa-apa namun suka
aja dengan semua kejujuran dari tulisan itu. Yang diri ini pahami barulah selalu bersyukur dengan apa yang yang
miliki, yaa setidaknya hanya itu yang
harus selalu di lakukan agar selalu tenang
“hmm
aku bingung mesti apa, tapi cuaca hari ini cerah sekali semoga hari ini hatiku
seperti cerahmya hari ini” gumam Elice dalam hati. Ketika semuanya terasa
begitu indah, entah kenapa selalu saja ada yang mengganggu pikirannya, perasaan
yang tidak enak sering sekali menghantui setiap langkahnya.
Semua
tak terasa kelabu ditengah kesendirian diantara keramaian orang yang asik
dengan dunianya masing-masing di taman, seketika Elice terpaku dengan alunan
musik yang dimainkan oleh sekelompok anak-anak yang belajar bermain biola disana.
Suaranya begitu menyentuh hati hingga tak kuasa untuk pergi dari taman dengan
perasaan yang menentramkan hati. Anak-anak itu sesekali mengajakku untuk
bermain musik, tapi itulah kelemahan ku yang buta dengan musik.
Sendirian bukanlah hal
yang aneh lagi bagi Elice, terbiasa dirumah atau berjalan sendirian tak menjadi
suatu masalah yang baru. Bukannya tak
mau bersosialisasi dengan yang lain tapi ketika sendirian aku mulai mngetahui
dan memahami apa yang disuka, walau jika bertemu dengan teman-teman tak pernah
dianggap pendiam. Ternyata ada banyak hal yang membuat menjadi mencintai
diri-sendiri ohyaa itu memang menjadi
hal yang penting.
-o-
“Ternyata seperti ini”
Langkah kaki mengapa
engkau suka sekali tak berhenti? Tau kah terkadang diri ini sudah mulai lelah
mengikuti setiap langkah yang tak ingin sesekali diam? Semua pertanyaan itu tak
mungkin kau jawab kan? Lucu sekali semua usaha kerasmu itu.
Ada satu ketika diri ini
terhenti sejenak, ternyata ada satu hal yang membuat langkah ini sulit untuk
bergerak, yaaa apa yang harus dilakukan? Haruskah tetap berdiam diri? Padahal
ada banyak hal yang lebih penting dari sekedar terhenti.
Hari ini sangatlah indah,
perihal mengapa terhenti? Ternyata banyak waktu yang terbuang hanya untuk
sekedar melakukan semua rutinitas yang tak henti. Mengapa semua terasa harus
selalu memenuhi? Ternyata banyak hal indah yang terlewati.
Oke langkah kaki aku ikuti semua
maumu.
.
.
.
Matahari itu selalu memanggilku
Sinarnya tak pernah memacar haru
Seakan tak akan menjadi kelabu
Ternyata banyak sekali hal yang baru
Angin pun ikut berseru
Ayo tetap pergi bersamaku.
Pilihan itu tak bisa ditepis lagi
Banyak yang tak bisa menghampiri
Bolehkah aku yang mendatangi?
Walau hanya sekedar ingin diri ini
Tolong ajak aku untuk berlari
Dan ku harap tak ada niatan untuk
pergi
Siapkah untuk berlari?
Perlulah semua persiapan diri
Bisa tolong bantu aku matahari
Mempersiapkan hal yang tak pasti
Bisakah tolong aku angin?
Ajari aku berani untuk pergi
- Dha 2016